Tahayul di negeri dengan jumlah penduduk yang (mengaku) beragama Islam terbesar di dunia masih berkembang dan mendarah daging. Dari aliran dinamisme, animisme sampai gugon tuhon (Jawa: kepercayaan turun temurun). Semua masih berkembang dengan kemasan yang semakin menarik seiring perkembangan jaman.
Sinema elektronik di televisi juga setali tiga uang alias sama saja, menampilkan sinetron religi yang sesat, misteri yang salah kaprah (misal arwah orang meninggal jadi hantu, padahal semua jiwa orang yang meninggal berada di alam arwah menunggu penantian) dan kiai sesat menyesatkan dengan ajaran klenik.
Sejak bayi lahir pun sudah banyak tahayul yang diajarkan secara turun temurun misalnya plasenta (ari-ari) yang dianggap saudara/teman si bayi sehingga harus diperlakukan istimewa sewaktu menguburnya. Harus dengan bunga tujuh rupa, dilengkapi bumbu dapur dan seperangkat peralatan sebagai simbolisasi harapan orang tua supaya si bayi kelak menjadi anak pintar, sholeh (padahal caranya saja sudah tidak benar). Jangan heran bila melihat ari-ari dikubur dengan peralatan tadi ditambah buku tulis, pensil, jarum. Saya bertanya dalam hati, apakah si Thukul Arwana dulu ari-arinya dikubur bersama dengan laptop ya?
Bayi yang dalam perawatan tali pusarnya memerlukan kasa/perban, juga tidak boleh dibuang sembarangan. Kasa tadi harus dikubur bersama ari-ari atau diamankan supaya tidak terbakar. Berkaitan dengan bakar membakar ini saya teringat dengan tahayul yang masih dianut sebagian (besar) masyarakat yaitu tahayul celana dalam.
Kemanakah celana dalam yang sudah tidak terpakai dibuang? Untuk orang yang sudah berpikir anti tahayul akan membuang di tempat sampah. Dibungkus rapi dengan tas plastik dan diletakkan di tempat sampah sudah cukup, tidak berpikir nanti sampah ini akan berakhir di TPA akan dibakar tidak ya? Mengapa takut dibakar?
Celana dalam dan pakaian lain yang dibuang di sampah dan dibakar menurut ahlul tahayul akan menyebabkan tubuh pemilik pakaian menjadi ikut sakit seperti terbakar. Kulit melepuh dan meleleh, begitu katanya. Apakah celana dalam yang sudah tidak terpakai masih disimpan di dalam lemari karena takut terbakar atau disalahgunakan orang untuk ilmu pelet? Bila jawabannya: ya, berarti masih ada ketakutan dan percaya akan tahayul tentang celana dalam itu.
Saatnya bongkar lemari dan buang celana dalam dan pakaian yang sudah usang. Bila masih layak pakai, tawarkan kepada saudara kita yang masih membutuhkannya. Bila sudah benar-benar jadi gombal mukiyo (Jawa: kain lusuh), bungkus rapi dan buang di tempat sampah.
Masih ragu? Ah, ternyata celana dalam pun bertahayul....
Haha, setuju
ReplyDelete